Wednesday, May 7, 2008

Green Architecture

Profesional Ghatering antara IAI dengan INIAS beberapa waktu lalu membuatku gusar. Naning mencoba menjelaskan visi green building di negeri maju, yang harus di amati oleh negeri ketiga yang masih kebingungan untuk pengadaan listrik di rumah.
Pun ketika diskusi, kiat-kiat green building, penuh dengan material luar negeri yang mahal. Berdalih recycle, material ini di anggap green building.
Aku jadinya berprasangka buruk, alih-alih arsitek ingin menciptakan lingkungan yang benar-benar hijau, tapi sebenarnya justru jadi agen pedagang material bahan bangunan.

Setuju sekali dengan ungkapan Bu Rika, sebenarnya, Indonesia berbudaya green alias sangat peduli pada kelestarian lingkungan. nah..pergeseran budaya lah yang kemudian melepaskan pemahaman terhadap dasar pelestarian lingkungan kita.

Ambillah satu contoh rumah tradisional kita. Sangat banyak bentukan yang mencoba selaras terhadap lingkungan sekitarnya. Arsitektur kita di masalalu, mengambil apa yang ada di lingkungannya, dan beradaptasi dengan lingkungannya.
Katakanlah rumah adat Karo beratap Ijuk, bahan yang sangat banyak terdapat di daerah tersebut. Rumah melayu yang beratapkan Nipah, juga jenis tumbuhan yang banyak terdapat di daerah pesisir timur.

Bu Nanig ku pikir terlalu berat memikirkan bahwa, dunia ini akan berubah, jika arsitek nya memiliki konsep green. Kondisi tersebut hanya terjadi mungkin di negara maju sana, dimana wewenang arsitek cukup besar. Tapi di negeri ini, persoalan lingkungan dilanggar habis-habisan oleh pengelola negara sendiri.

Sebenarnya dengan Cukup mejaga kelestarian hutan, tidak mengikis luasan hutan, membuat kota menjadi hijau, aku yakin bumi ini tetap akan green.

lalu Arsitek Indonesia ngapain dunK?
1. Pakai material lokal
karena material dari luar, menyita energi yang banyak.
2. Desain bangunan yang hemat energi.
manfaatkan pencahayaan matahari, dan penghawaan alami semaksimalnya. jika ruangan memang mebutuhkan penghawaan buatan, ya tidak ada salahnya di buat demi kenyamanan.

yang paling penting dari issu Green, adalah menciptakan pola hidup yang hemat energi.Bisakah arsitek mengarahkan pengguna bangunan agar memiliki pola hidup hemat energi?kalau bisa hueeebat!!

Arsitek bukanlah mahluk yang bisa segalanya, dan bertanggun jawab atas segalanya.

1 comment:

Anonymous said...

Good words.