Sunday, June 4, 2017

Masjid Indonesia Tidak Harus Berkubah




Oleh: Syafitri Tambunan
PERADABAN klasik Yunani dan Romawi sudah lama berpengaruh ke antero negeri. Penyebaran peradaban itu, tidak terkecuali menyangkut arsitektur bangunan, mem­pengaruhi ragam bentuk di beberapa ne­gara, termasuk di Indonesia. Misalnya, ben­tuk pilar-pilar tinggi dan atap berbentuk kubah/dome yang menjadi ciri khas arsitek­tur klasik.
Bentuk-bentuk itu, terlanjur dianggap sebagai desain ideal karena umum digunakan dalam rentang waktu yang lama. Banyak masjid di Indonesia masih sering mengap­likasikan bentuk-bentuk lama itu, khususnya pada bagian atap yang berdesain kubah. Sehingga muncul kesan, desain masjid harus berkubah, padahal tidak.
Menurut arsitek Peranita Sagala, ST, MMPP, IAI, kebudayaan Indonesia sebenarnya tidak mengenal kubah. "Kubah itu berasal dari Eropa. Di Indonesia, yang menggunakan konsep itu, di wilayah paling Timur, misalnya rumah adat Papua. Sedangkan rumah adat lain, semuanya pakai sudut-sudut."
Selanjutnya dapat dibaca disini

Arsitektural Vernakular dari Rumah Panggung Indonesia




Oleh : Syafitri Tambunan. 

Rumah Panggung, banyak digunakan masyarakat di sekitar area tepi pantai atau kawasan yang rawan banjir atau air 'pasang'. Saat kondisi tersebut terjadi, biasanya genangan air bisa mencapai lebih dari ukuran lutut orang dewasa. Makanya, di beberapa komunitas masyarakat, ada kebiasaan membangun rumah berbentuk panggung. Juga dilengkapi tangga masuk ke rumah dengan jarak tanah ke lantai dasar yang cukup tinggi untuk menghondari risiko banjir masuk ke rumah.
...

Arsitek Peranita Sagala, ST MMPP IAI, berpendapat serupa tentang rumah panggung di Indonesia. Pera menyebutkan bangunan ini merupakan gaya arsitektur tradisional di Indonesia. "Tipenya arsitektur tradisional, khas Melayu, termasuk kelompok arsitektur vernakular", ungkapnya kepada Analisa.

baca selanjutnya disini