Wednesday, August 29, 2007

Karya pertamaku



Bagaimana rasanya melihat bangunan rancanganmu berdiri Pera?
Tanya Bu Eni dan saudaranya Pak Sute pada ku.
Aku hanya senyum, dan berkata "Senang sekali".
Namun sebenarnya perasaan ku tak terwakili dengan kata itu....
Melihat rumah itu dalam bentuk jadi pertama kali setelah sekian bulan tak ku kunjungi untuk kuawasi pembangunannya, rasanya seperti menemui kekasih yang tak lama berjumpa dan setelah berjumpa dia begitu lebih baik dari segala yang kubayangkan selama ini.
berlebihan?
ah tidak...
Ketika mendesain rumah itu aku mencoba membayangkan suasana yang akan kurasakan didalamnya, meskipun bukan aku yang kelak menikmatinya. kurasa-rasa dimana ruang yang paling nyaman, paling menyenangkan, paling anggun, paling sibuk. kubayang-bayangkan letak perabot, dan bagaimana orang-orang akan merasakan ruang tersebut.

Pemilihan material finishing bangunan yang hampir menyaingi harga bangunannya dengan material sederhana membuat rumah ini melebihi dari yang kubayangkan...
dinginnya lantai granit, dan sejuknya batu alam, diiringi gemericik air di taman yang di bangun, dan dua pagar tambahan disisi kanan dan kiri rumah itu bukan bagian dari khayalan kala perancanganku.
dan hasilnya sebuah irama yang elok, memperkuat keindahan rumah itu.

Sebenarnya rumah tempat tinggal pertamaku adalah karya pertamaku yang terbangun, namun dirumah Kak Eni dan Bang Taufan ini, aku dituntut sebagai arsitek seutuhnya untuk pertama kalinya.
Dari desain yang bangunan yang sampai 3 kali ganti, menghitung RAB nya, semua kukerjakan sendiri.

Tantangan terberat adalah membaca selera sebenarnya dari sang pemilik, menyatukan 2 selera yang sangat berbeda, karena pasangan suami istri ini tak pernah satu dalam menentukan apapun dalam pembangunan rumahnya.

Rumah ini berbicara banyak padaku, kerja keras, dialog alot meyakinkan klien, konflik dengan kepala tukang karena salah menempatkan besi-besi, terbalik memasang tangga, dan banyak lagi.
tapi cita rasa, buah dari kerja keras itu memang manis.
rumah ini adalah monumen karya bagiku. Seubah impian yang nyaris sempurna.

Terimakasih pada Bang Taufan dan Kak Eni, karena telah mempercayakan mendesain kehidupan kesehariannnya di tangan seorang arsitek muda yang belum banyak pengalaman.
Maafkan aku jika memang rumah itu tak sempurna impian kalian. apa mau dikata, karena arsitek juga manusia.